Senin, 09 November 2009

Resep Hidup Barokah


Apakah Anda selama ini merasa bahwa hidup Anda berlalu begitu saja? Apakah Anda sulit mewujudkan banyak manfaat dalam hidup? Jika ya, jangan-jangan itu pertanda bahwa hidup Anda tidak barokah.

Barokah itu asalnya dari bahasa Arab. Artinya ziyadah fil khair, yakni kebaikan demi kebaikan senantiasa bertambah-tambah dalam kehidupan kita. Nah, apa kehidupan kita sudah demikian?


Banyak orang beralasan bahwa hidupnya sepertinya tidak barokah karena ia punya banyak masalah. Apa betul banyaknya masalah dalam hidup merupakan penghalang untuk bisa hidup barokah? Apakah Anda sepakat bahwa kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau itu barokah? Jika ya, Anda harus tahu bahwa masalah-masalah yang mereka hadapi tidaklah kalah banyak, atau bahkan jauh lebih banyak, daripada yang kita hadapi sekarang ini. Lalu, mengapa mereka tetap bisa hidup dengan penuh barokah? Berikut ini beberapa resep jitu untuk bisa menggapai hidup yang barokah.


Resep pertama, beriman dengan benar.

Hal yang pertama dan yang paling utama agar kita bisa beriman dengan benar adalah menjauhi segala bentuk syirik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,”Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun” (QS An-Nisa’: 36). Pertanyaannya, apa kaitan iman yang benar dengan hidup barokah? Jawabannya sederhana saja. Dengan beriman yang benar, menjauhi segala bentuk syirik, kita bisa benar-benar hidup dengan mandiri, terbebas dari berbagai belenggu dunia yang mengungkung jiwa kita, sehingga hidup kita pun menjadi tenteram.


Resep kedua, bertaqwa di segala tempat.

Bertaqwa itu mestinya kita lakukan di semua tempat, situasi dan kondisi. Jangan hanya bertaqwa kalau sedang di masjid, lalu kita lepaskan baju taqwa itu kala kita ada di kantor atau di tempat perniagaan. Jika kita masih pilih-pilih seperti itu dalam urusan taqwa, bagaimana kita bisa berharap hidup kita benar-benar barokah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan yang baik, serta pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik”.


Ada tiga sarana untuk bisa hidup dengan penuh taqwa. Pertama, spiritualitas (ruhiyah). Dengan spiritualitas, kita bisa melakukan taqarrub ilallah, berusaha untuk semakin dekat kepada Allah. Kedua, intelektualitas (‘aqliyah). Dengan intelektualitas atau akal pikiran, kita bisa mengetahui bagaimana cara menjalani hidup ini sesuai dengan sunnatullah. Dan ketiga, fisik (jismiyah). Dengan fisik yang sehat, kita bisa beribadah dan bekerja secara optimal. Dus, ketiga sarana tersebut secara bersama-sama harus kita bangun untuk menjadi sarana mencapai kesempurnaan taqwa.


Resep ketiga, tak kenal henti beramal shalih. Jangan pernah mengenal kata cukup ataupun lelah untuk terus beramal shalih. Fa-idzaa faraghta fanshab ‘Jika kamu telah usai dari satu aktivitas, segeralah beralih pada aktivitas yang lainnya’. Hidup kita ini terlalu singkat untuk kita pakai bersantai-santai. Bahkan kalau kita semua mau jujur, kewajiban-kewajiban dan tanggungan yang harus kita tunaikan jauh lebih banyak daripada segenap waktu yang kita miliki. Jadi, masihkah ada alasan bagi kita untuk menganggur dan bersantai-santai? Tidak maukah kita termasuk kedalam hamba-hamba-Nya yang sabiqun bil khairat, yang senantiasa bergegas dalam melaksanakan berbagai amal kebaikan, baik yang wajib maupun yang sunnah?


Disamping itu, banyak menganggur dan bersantai-santai akan membuat syetan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menggoda dan menjerumuskan kita dalam berbagai dosa dan kemaksiatan. Berbeda jika kita banyak disibukkan dengan amal-amal shalih, insyaallah peluang syetan untuk menggoda kita akan lebih kecil.


Resep keempat, berkomitmen pada tuntunan syariat. Kita harus menyadari bahwa syariat ditetapkan oleh Allah tidak lain adalah untuk kemaslahatan hidup kita, di dunia dan di akhirat. Sehingga, jika kita benar-benar berkomitmen untuk melaksanakan tuntunan syariat dengan baik maka insyaallah kita akan meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika kita terbiasa meninggalkan ketentuan-ketentuan syariat maka sebetulnya kita telah melawan sunnah kehidupan itu sendiri, sehingga kitalah yang akan binasa. Percayalah, tidak ada aturan hidup yang lebih baik dari syariat Allah. Lha wong Allah yang menciptakan semua yang ada di alam ini. Jadi, pasti Dia pulalah yang paling tahu apa yang paling maslahat bagi hamba-hamba-Nya.


Dalam melaksanakan syariat Allah, kita tidak boleh setengah-setengah, mengambil sebagian yang kita suka dan meninggalkan yang tidak kita sukai. Kita harus melaksanakan semua ketentuan syariat secara total (kaffat). Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kedalam Islam secara total (kaffah). Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS Al-Baqarah: 208)


Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa bisa berkomitmen terhadap syariat, sembari senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan taufik dan kekuatan. Kita memohon kepada Allah agar dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang taat kepada syariat-Nya. Dan kita memohon kepada-Nya agar hidup kita ini penuh barokah, senantiasa bertambah kebaikan-kebaikannya.

Situs : www.ikadijatim.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar