Jumat, 19 November 2010

Derajat Kemuliaan

Derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauhmana diri punya nilai manfaat bagi orang lain.

Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda:

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yg paling banyak manfaat bagi orang lain”

{H.R. Bukhari}.

Ada sebagian orang yang memiliki kebiasaan buruk menyalahkan orang. Mengapakah demikian dan bagaimana menolongnya agar tidak menyalahkan orang?

  • Menyalahkan orang adalah jalan pintas untuk lepas dari tanggung jawab dan konsekuensi perbuatan sendiri. Itu sebabnya jauh lebih mudah menyalahkan orang; kita dapat hidup tanpa beban.
  • Menyalahkan orang mudah muncul dalam diri orang yang hidup dalam bayang-bayang ancaman. Pada masa lampau atau sekarang ia hidup dalam ketakutan bahwa kesalahannya akan berakibat buruk; akhirnya ia mengembangkan kebiasaan untuk menyalahkan orang agar tidak harus menanggung hukuman berat yang menantinya.
  • Menyalahkan orang juga sering timbul pada diri orang yang tidak memiliki penghargaan diri yang baik. Ia merasa tidak aman dengan pemikiran dan keputusannya sendiri; daripada salah, lebih baik ia bergantung pada orang lain sehingga jika ada kekeliruan, ia dapat terbebas dari tanggung jawab. Ia tinggal menyalahkan orang yang telah mengambilkan keputusan untuknya.
  • Menyalahkan orang juga biasanya merupakan bagian dari orang yang penuh kemarahan. Kemarahan kepada orang berarti memusatkan fokus perhatian pada orang lain; itu sebabnya orang yang penuh kemarahan tidak dapat melihat dirinya. Ia hanya melihat orang lain dan tidak melihat kekurangannya sendiri.

Bagaimana menolongnya?

  • Bagi orang yang inginnya hidup tanpa beban dan santai, kita perlu meletakkan kesalahan di pundaknya tanpa ragu. Dengan kata lain, ia perlu belajar hidup susah.
  • Bagi orang yang hidup dalam ketakutan, kita perlu meyakinkannya bahwa kita tidak akan menghukumnya bila ia berkata jujur dan mengakui perbuatannya.
  • Bagi yang inginnya bergantung pada orang lain karena tidak percaya diri, kita perlu membimbingnya agar ia melihat kekuatan dan kesanggupannya. Biarkan ia pertama-tama belajar mengakui kesanggupannya, barulah setelah itu ajarkan dia untuk mengakui kekeliruannya.
  • Bagi yang penuh kemarahan, ia perlu mengalamatkan kemarahannya secara tepat sehingga ia tidak lagi membabi buta melampiaskan kemarahannya. Kemudian ajak dia untuk melihat dari sisi orang lain dan merasakan apa yang orang rasakan.

Kesulitan dan cobaan adalah bagian dari hidup kita. Kita harus menghadapi dengan tegar setiap kesulitan yang ada dalam hidup kita. Namun kebanyakan orang justru malah mengeluh sambil menyalahkan semuanya, menyalahkan orang lain.

Padahal, Andalah yang menentukan hidup Anda selain Allah. Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih hidup kita. Kesulitan adalah bagian dari ujian Allah, namun kita memiliki pilihan bagaimana menyikapinya. Kita bisa mengeluh atau kita bisa tetap tegar menjalani ujian tersebut. Semua pilihan kita. Apakah Anda mau menyerah atau Anda kembali bangkit, semuanya adalah pilihan Anda.

Jika Anda memilih untuk mengeluh, maka Anda hanya akan memperparah keadaan. Mengeluh sama sekali tidak akan memperbaiki keadaan. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah dan kesulitan. Bahkan mengeluh hanya akan menghasilkan energi negatif, berupa marah dan rasa putus asa.

Mengeluh hanya akan memancarkan emosi negatif dan akan menarik hal-hal yang negatif lainnya ke dalam kehidupan Anda. Bukankah ini malah memperparah keadaan?

Mengeluh ada tanda kita tidak mensyukuri nikmat, maka kita tidak akan mendapatkan tambahan nikmat, sebab nikmat akan ditambahkan kepada mereka yang beryukur. Mengeluh tanda kita tidak sabar, padahal orang sabar dekat dengan Allah. Berarti jika mengeluh kita akan dijauhi oleh Allah. Jika kita dijauhi Allah, maka pertolongan-Nya pun akan jauh dari kita.

Rasulullah SAW.bersabda, artinya : "Bahwa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahwa sesungguhnya bagi setiap orang tergantung dari apa yang dia niatkan.."(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sabda Nabi SAW. yang artinya, "Seorang hamba yang dikaruniai Allah ilmu dan niat yang ikhlas, lalu ia berkata, 'Seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan beramal sebagaimana yang diperbuat oleh si fulan (golongan yang diberikah harta dan ilmu). Maka dengan niatnya tersebut, pahala kedua-duanya ini sama."(HR.Imam Tirmidzi).

Nabi SAW. bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang memberi contoh kebaikan, maka ia mendapat pahala dan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya hingga hari kiamat; dan barangsiapa yang memberi contoh kejahatan, maka ia mendapat dosa dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya hingga hari kiamat.” (HR.Bukhari Muslim)

Sumber : Kang Deddy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar